Rabu, 23 Maret 2016



“Ayah, aku mau kerja!”


“Jangan, lah. Kamu di rumah saja. Istri itu di rumah tugasnya :)”


“Itu, tetangga kita, dia kerja!”


“Hehe …, dia itu guru, sayaang. Dia dibutuhkan banyak orang. Yang membutuhkan kamu tidak banyak. Hanya Ayah dan anak kita. Di rumah saja, ya.”


“Itu…, tetangga kita yang satunya, yang sekarang sudah pindah ke kampung sebelah, aku lihat dia kerja. Bukan guru. Tidak dibutuhkan banyak orang.”


“Nanti, tunggu Ayah meninggal dunia.”


“Apa-apaan sih?”


“Dia itu janda, sayaaaang. Suaminya meninggal satu setengah bulan yang lalu. Makanya dia kerja.”


“Tapi kebutuhan kita makin banyak, Ayah”


“Kan Ayah masih kerja, Ayah masih sehat, Ayah masih kuat. Akan Ayah usahakan, InsyaAllah.”


“Iya, aku tahu. Tapi penghasilan Ayah untuk saat ini tidaklah cukup.”


“Bukannya tidak cukup, tapi belum lebih. Mengapa Ayah bilang begitu? Karena Allah pasti mencukupi. Lagi pula, kalau kamu kerja siapa yang jaga anak kita?”


“Kan ada Ibu! Pasti beliau tidak akan keberatan. Malah dengan sangat senang hati.”


“Istri Ayah yang Ayah cintai, dari perut sampai lahir, sampai sebelum Ayah bisa mengerjakan pekerjaan Ayah sendiri, segalanya menggunakan tenaga Ibu. Ayah belum ada pemberian yang sebanding dengan itu semua. Sedikit pun belum terbalas jasanya. Dan Ayah yakin itu tak akan bisa. Setelah itu semua, apakah sekarang Ayah akan meminta Ibu untuk mengurus anak Ayah juga?”


“Bukan Ibumu, tapi Ibuku, Ayah?”


“Apa bedanya? Mereka berdua sama, Ibu kita. Mereka memang tidak akan keberatan. Tapi kita, kita ini akan jadi anak yang tegaan. Seolah-olah, kita ini tidak punya perasaan.”


“Jadi, kita harus bagaimana?”


“Istriku, takut tidak tercukupi akan rezeki adalah penghinaan kepada Allah. Jangan khawatir! Mintalah pada-Nya. Atau begini saja, Ayah ada ide! Tapi Ayah mau tanya dulu.”


“Apa, Ayah?”


“Apa alasan paling mendasar, yang membuat kamu ingin bekerja?”


“Ya untuk memperbaiki perekonomian kita, Ayah. Aku ingin membantumu dalam penghasilan. Untuk kita, keluarga kita.”


“Kalau memang begitu, kita buka usaha kecil saja di rumah. Misal sarapan pagi. Bubur ayam misalnya? Atau, bisnis online saja. Kamu yang jalani. Bagaimana? anak terurus, rumah terurus, Ayah terlayani, uang masuk terus, InsyaAllah. Keren, kan?”


“Suamiku sayang, aku tidak pandai berbisnis, tidak bisa jualan. Aku ini karyawati. Bakatku di sana. Aku harus keluar kalau ingin menambah penghasilan.”


“Tidak harus keluar. Tenang, masih ada solusi!”


“Apa?”


“Bukankah ada yang lima waktu? Bukankah ada Tahajud? Bukankah ada Dhuha? Bukankah ada sedekah? Bukankah ada puasa? Bukankah ada amalan-amalan lainnya? Allah itu Maha Kaya. Minta saja pada-Nya.”


“Iya, Ayah, aku tahu. Tapi itu semua harus ada ikhtiar nyata.”


“Kita ini partner, sayang. Ayahlah pelaksana ikhtiarnya. Tugas kamu cukup itu. InsyaAllah jika menurut Allah baik, menurut-Nya kita pantas, kehidupan kita pasti akan berubah.”


“Tapi, Ayah?!”


“Ayah tanya lagi…, kamu ingin kita hidup kaya, apa berkah?”


“Aku ingin kita hidup kaya dan berkah.”


“Kalau begitu lakukan amalan-amalan tadi. InsyaAllah kaya dan berkah.”


“Kalau tidak kaya?”


“Kan masih berkah? Dan…, tahu apa yang terjadi padamu jika tetap istiqomah dengan itu?”


“Apa, Ayah?


“Pilihlah pintu surga yang mana saja yang kamu suka. Dan kamu, menjadi sebenar-benarnya perhiasan dunia.”


***


Rasulullah SAW bersabda, “Apabila seorang wanita (istri) itu telah melakukan shalat lima waktu, puasa bulan Ramadhan, menjaga harga dirinya dan mentaati perintah suaminya, maka ia diundang di akhirat supaya masuk surga berdasarkan pintunya mana yang ia suka (sesuai pilihannya),” (HR. Ahmad, Ibnu Hibban dan Thabrani).


“Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah wanita sholehah” [H.R. Muslim]






sumber: https://www.facebook.com/Deni.Munandar.S.IP/posts/1730589803837403?fref=nf

Minggu, 27 September 2015

”Barangsiapa yang diberikan rezeki oleh Allah seorang istri yang sholehah maka sungguh dia telah dibantu dengan setengah agamanya maka hendaklah dia bertakwa kepada Allah dalam setengah yang lainnya.” (HR Thabrani)

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS. Ar Ruum : 21)


11 Dzulhijjah 1436 / 25 September 2015

Hari yang begitu membuat hati ini bahagia, mengawali hidup sebagai seorang imam dalam rumah tangga.


Bismillaahirrohmaanirrohiim...

Rabu, 23 September 2015



Wejangan Pak Ridwan Kamil

---------------------

Cari suami itu jangan muluk-muluk, biar seru menikmati pernikahan..

ngerasain ngontrak.. ngerasain roller coaster kehidupan sambil nangis, ketawa, nangis lagi, ketawa lagi.. sambil saling berpelukan menguatkan.. *indah tauuukkk itu!


Kalo ujug-ujug.. kalian mo cari suami yg muda, ganteng, sholeh, mapan, pinter..
Kalian butuh beberapa strategi dan kemungkinan..

Setidaknya ada 2 Fakta yg perlu kalian tau..
Pertama,
Kalian butuh energi dan mental yg cukup kuat untuk memasuki persaingan maha ketat.. karena pria SINGLE jenis ini, pastilah amat sangat langka, dan peminatnya bisa saja berjumlah ribuan.
Saingan kalian adalah wanita yg bisa jadi jauh lebih cantik, lebih muda, dan lebih oke

Kedua,
besar kemungkinan, pria jenis ini banyak.. tapi sudah jadi SUAMI ORANG.. Karena Pria-pria jenis ini, dibelakangnya sudah ada istri-istri hebat yg merawat dan membuat suaminya tampil mempesona.
Kalo kalian ga punya nyali untuk jadi perebut suami orang, atau belum siap ilmu dan iman untuk jadi perempuan lain di tengah keluarga bahagia orang lain..

ada 2 TIPS JITU buat kalian..
Pertama,
Berlapang hatilah menerima kedatangan pria single, sholeh, baik, meski sederhana asal tetap berpenghasilan (ga mesti berpenghasilan tetap), dan BERJUANGLAH bersamanya membangun keluarga bahagia, SAMARA.

Kedua,
BUANG SEMUA KASET DVD Drama KOREA puluhan episode yang selalu menayangkan Pria Kaya, ganteng, putih, imut yang jatuh cinta dengan wanita biasa-biasa dan miskin..!

Ridwan kamil (Walikota Bandung)


sumber : https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10206653026937058&set=gm.752922914808345&type=3


Terima kasih calon istriku, mungkin kau pernah membaca tulisan ini, mungkin juga belum. Tapi aku yakin kau akan jadi istri terhebat untukku. Love u...

Kamis, 29 November 2012

Awali dengan Bismillaah




Bismillaahirrohmaanirrohiim...

Itulah kiranya kata yang tepat untuk pertama kali saya memulai menulis.

Harapan saya, ini akan menjadi sarana bagi kita untuk menambah wawasan dan berbagi hal-hal yang bermanfaat.

Mungkin tulisan ini terkesan sia-sia tidak ada artinya, dan tidak bermanfaat sama sekali. Tapi bagi orang yang hendak memulai sesuatu seperti saya, tulisan ini bukanlah tulisan biasa yang sia-sia.

Karena dari sini saya akan memulai untuk berbuat sesuatu yang lebih baik dan bermanfaat, memulai untuk belajar menulis. Ingatan manusia juga terbatas jadi perlu kiranya kita mempunyai catatan atau tulisan untuk kita baca dan mungkin kita ceritakan pada orang lain, siapa tahu tulisan tersebut akan menjadi sumber inspirasi bagi yang membutuhkan, atau mungkin kenangan untuk masa depan, bahkan mungkin dapat dijadikan referensi.

Perjalanan waktu terasa begitu cepat berlalu, sadar atau tidak jatah hidup kita di dunia ini juga terus berkurang. Dan setelah kita meninggalkan dunia ini, apa yang akan kita tinggalkan. Apakah kita hanya akan meninggalkan jasad yang terkubur dalam tanah? Padahal sebagian dari orang-orang yang telah pergi dari dunia ini, nama mereka masih terdengar sampai saat ini.

Barangkali itu karena mereka telah mengerjakan sesuatu yang berharga dalam kehidupan mereka sehingga meninggalkan pengaruh dan manfaat yang besar bagi orang lain. Sehingga nama dan karya mereka seakan terus hidup dan terkenang abadi.

Jadi dengan tulisan-tulisan saya ingin agar setelah hidup saya yang singkat di dunia ini, saya bisa meninggalkan sesuatu untuk orang lain.

Semoga tulisan ini ada manfaatnya.